Friday, December 30, 2005

Belajar Masak

Semenjak saya di Jakarta, rasanya jadi pingin bisa masak. Sebab bagiku memasak itu menarik, seperti main sulap Apabila pergi ke pasar, baik swalayan maupun tradisional, saya selalu tertarik ke bagian penjualan alat-alat masak seperti wajan, pisau daput dll. Biasanya saya hanya tertarik ke bagian mainan saja, mencari mainan yang bisa berubah bentuk. Namun karena saya sudah dewasa, maka kini bagian pasar yang membuat saya tertarik adalah bagian peralatan masak(walau ga ada hubungannya :P ).

Adapun masakan tumis yang pertama kali kubuat adalah tumis labu siam, seperti yang dapat dilihat di atas. Dan seperti biasanya, masakan selalu kekurangan garam, sebab saya enggan menyicipinya. Cara bikinnya, kalau menurut saya sendiri adalah pertama labu siamnya dikupas dan diiris membentuk batang-batang. Karena rada lengket, sebaiknya direndam dulu di dalam air garam. Kemudian cabe diiris, bawang dikeprak (bukan diiris tipis2 lho, tapi luarnya diiris sedikit, trus ditekan pakai sendok kayu atau apa aja yang bisa mem-press) dan minyak dipanasin. Bawangnya jangan dimasukin dulu, karena bakal gosong.

Setelah minyaknya panas, maka bawang merah dan putih pun dimasukkan. Tidak lama setelah itu masukkanlah bawang merah dan putih yang sudah dikeprak dan cabai. Air pun ditambahkan. Jangan terlalu sedikit, sebab kita butuh air untuk memasak labunya. Beberapa lama kemudian, airnya pun mendidih, dan kita harus terus mengaduk sampai labunya masak secara merata. Apabila sudah cukup matang, pecahkan telur dan masukkan isinya ke wajan, seperti pas kita bikin supermi pake telor. Cesss.... dan akhirnya masakan pun jadi. Waktu memasaknya sekitar 1 seperempat jam , belum termasuk ngiris2nya lho... Ini kalo pake kompor listrik kayak punyaku. Kalo pake kompor gas mungkin lebih cepat.

Selain itu saya juga belajar bikin pisang goreng. Saya memakai pisang uli (ternyata saya tidak begitu suka). Adapun cara membuatnya sebagai berikut.

Pertama-tama kita ke pasar dulu dan membeli sekantung terigu seharga seribu rupiah. Ini cukup untuk satu sisir pisang, malah bakal nyisa banyak. Kita juga musti beli sesisir pisang, kalau di rumahku biasanya pakai pisang tanduk, tapi saya memakai pisang uli.

Kemudian terigunya dicampur air sedikit dan garam secukupnya, sehingga membentuk adonan lengket. Saya sendiri ketika memasak, menambahkan gula juga, namun ternyata jadi kemanisan... Kemudian potongan pisang pun dimasukkan ke adonan. Setelah itu masukkan minyak yang agak banyak di wajan cekung dan panaskan. Goreng potongan pisang yang telah bermandikan adonan, sampai warnanya kecoklatan. Angkat, dan jadilah pisang goreng ...




Makanan terakhir yang ingin saya ceritakan adalah telur tahu. Dimakannya bersama tauge dan bumbu pecel (dan nasi tentunya). Pertama tahu dipotong kotak2 dan dimasukkan ke cairan telur. Garam dan potongan bawang juga dimasukkan. Setelah itu diaduk-aduk sehingga jadi seperti gambar berikut :



Kemudian, dengan wajan, adonan itu digoreng dengan minyak secukupnya dengan wajan rata, sehingga menjadi seperti berikut :




Kemudian, tauge yang sudah dicuci bersih, direndam dalam air panas sebentar. Ketimun pun diiris-iris. Akhirnya makanan tahu telur pecel pun jadi :)



Demikianlah petualanganku teman-teman.... saya perlu banget komentar - komentar biar jurus-jurus masakku jadi makin bagus...
Oiya, supaya nggak makan formalin, kalo nyari tahu di pasar musti yang gimana ya?

Monday, December 12, 2005

My Niece's Wedding


Pada hari Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 10 Desember 2005 sepupuku yang namanya Micke telah menikah dengan Kang Ophan. Rasanya aneh juga melihat dia menikah. Rasanya seperti masih anak-anak saja. Penampilannya juga nggak banyak berubah dari sejak kecil. Padahal, rata-rata orang memang semakin jelek ketika dia semakin besar. Itu bisa jadi karena kurang tidur, jerawat, kurang vitamin maupun hal-hal lainnya.

Micke ini teman sepermainanku sejak kecil. Pokoknya antara Micke, kakaknya Micky, Rina kakakku dan daku sendiri sudah seperti satu kelompok saja. Karena harus meninggalkan Surabaya menuju Manokwari mengikuti bonyok, akhirnya saya tidak bisa bersama-sama mereka lagi. Bahkan dulu ketika keluargaku tinggal di Blitar dan mereka (Micke dan Micky) masih tinggal di Surabaya, kami masih memiliki hobby yang sama seperti nonton film Gaban dan Megaloman, dan film-film seri silat di kaset video (jaman itu belum ada vcd).

Sepupuku ini, dia ulet banget orangnya. Waktu SD dia sering ikutan kegiatan PKS (Patroli Keamanan Sekolah, bukan Partai Keadilan Sejahtera lho...), Pramuka, Tari dll-dll. Beda banget sama saya yang nggak ikut apa-apa. Waktu kuliah juga rajinnya kelihatan banget. Dia lebih cepat lulus daripada saya sendiri, atau dengan kata lain dia lulus tepat waktu dan diriku telat 2 tahunan. Namun dia harus mengambil lagi kuliah praktek atau apa namanya (PTT?) saya lupa lagi, kemudian dia lulus lagi beberapa hari sebelum saya diterima kerja di perusahaan yang mempekerjakan saya sekarang.

Sekarang, dari kuartet kami, semuanya sudah menikah, kecuali saya ... hehehe. Kakak saya sudah punya anak satu dan sekarang dikabarkan sedang hamil lagi. Micky, kakaknya Micke telah menikah dan istrinya tengah mengandung. Micke, dalam waktu singkat (mungkin sekitar 2-3 tahunan)semenjak mulai berkenalan dengan Kang Ophan, sekarang sudah melangsungkan pernikahan. Mungkin satu tahun lagi bakal punya anak pertama.

Well, kalau Micke bisa menikah walau tidak berkenalan terlalu lama dengan suaminya sekarang, mungkin saya juga bisa gitu juga. Cuma sekarang belum mapan dari segi karier dan finansial. Yang mau dinikahi juga nggak jelas. Menikah di usia tua tak diinginkan, namun jangan sampai menikah ketika belum siap juga.

Namun seperti biasanya, orang-orang tua melihat ada anak muda yang belum nikah, suka berbuat macam-macam. Saya pernah disuruh mandi kembang pada malam hari, diminta no HPnya dan ditaruh uang serta beras di kantong jasku(mungkin uangya dari kegiatan saweran pengantin). Mungkin nantinya saya akan dijampi2 sehingga dapat lebih menebarkan pesona kepada kaum hawa. Kadang-kadang merasa ngeri juga. Bagaimana kalau kembang buat mandi itu berkutu, sehingga saya akan gatal-gatal? Bagaimana kalau saya disantet beneran, dan akhirnya menjadi tergila-gila kepada gadis yang nggak jelas? Bagaimana kalau no Hpku dipakai untuk misscal2 yang nggak ada nomor pengirimnya? Bagaimana kalau bukan cuma kaum hawa, kaum adam dan hermaphrodit juga terpesona? Memang menyenangkan mengetahui ada banyak orang yang memperhatikan kita, namun diriku bukan tanaman yang bisa dikawin silangkan dengan apa saja.

My cooking journal.

Setelah keberhasilanku membuat sup ayam untuk pertama kalinya, kini saya hendak mencoba membuat bubur kacang hijau. Tujuannya adalah bisa membuat bubur kacang hijau yang kacangnya ngembang seperti yang dijual di tukang-tukang bubur. Biasanya kalau bibi bikin bubur kacang hijau, kacang hijaunya suka pecah dan tidak ngembang. Untuk dapat mengembangkannya, saya menggunakan maizena. Sebelum memasak, saya menjerang air dulu dengan water heater. Tujuannya agar bubur lebih cepat jadi dan steril. Di samping itu, berdasarkan pengalaman, panci yang dipakai untuk bubur selalu memakan waktu lama untuk panas. Maklum, kompor yang saya gunakan kompor listrik 300-600 watt biasa, yang membutuhkan waktu untuk panas. Setelah biji2 kacang hijau telah dicuci dan airnya telah mendidih, saya pun siap untuk memasak bubur kacang hijau ini.

Setelah air mendidih dituangkan ke dalam panci, biji2 kacang hijau pun dimasukkan juga kedalam. Agar manis, kumasukkan gula yang lumayan banyak. Kemudian saya taruh maizenanya. Satu hal yang saya tidak tahu adalah maizena itu cepat sekali menggumpal dan mengeras di air panas. Jadi bukannya terburai, bubuk maizena tersebut malah menggumpal dan yang lebih parah lagi, lengket dan menjadi kerak di dasar panci. Akhirnya bagian bawah panci pun dilapisi kerak yang terdiri dari maizena dan kacang hijau yang gosong. Panas menjadi terhambat, dan kacang hijaunya lama sekali menjadi masak. Akhirnya saya makan saya bubur yang terbentuk di atas kerak (walau masih agak keras). Adapun mengenai kerak saya biarkan karena keras sekali dan susah dibersihkan. Air keran dari wastafel pun dituangkan ke dalam panci emas, dan sedikit mamalime pun diteteskan kedalamnya.





Keesokan harinya, saya pun nekat membuat bubur lagi. Saya cek pancinya, ternyata kerak dan lemak-lemaknya sudah terangkat dengan sendirinya. Setelah memberihkan panci, saya pun mencuci biji-biji kacang hijau dan memasaknya dengan air keran biasa (tanpa dipanaskan dulu). Bubuk maizena ditaburkan dan diaduk aduk sehingga terbentuk larutan. Gula pun ditambahkan beberapa sendok. Sembari menunggu mendidih, saya menonton film. Sesekali, tutup panci dibuka dan isinya diaduk-aduk, untuk mencegah pengendapan maizena di dasar. Setelah memasak kurang lebih 1,5 jam, b ubur kacang hijau pun jadi. Hasilnya dapat dilihat di foto di bawah ini.





Lumayan kan? Hehehe, rasanya juga enak. Sekarang Rafid sudah bisa membuat sup ayam, goreng-gorengan (walau sering kurang asin), nasi goreng kekurangan/kelebihan minyak dan bubur kacang hijau. Dalam kesempatan berikutnya, saya akan membuat perkedel jagung. Teman-teman semua bantuin juga ya, kalau ada ide-ide atau resep perkedel jagung yang bagus tolong kasih tau, ntar kalau mau, bakal saya kasih perkedelnya lho, hehehe (kalo perkedelnya jadi tentu saja).