Tuesday, December 26, 2006

Dejavu






Pada tanggal 24 Desember 2006 saya dan teman2 dari fupei ngadain nonton bareng di blitzmegaplex. Seperti biasanya, yang ikutan bukan cuma anak fupei aja, karena biasanya anak2 fupei ngajakin temennya yang non-fupei buat ikutan. Tadinya rencananya kita mau nonton Eragon, namun karena banyak yang sudah nonton dan saya mirip dengan salah satu tokoh di film Eragon (yang jelas bukan naganya!) akhirnya kami pun memutuskan untuk menonton film Dejavu.

Tadinya saya mengira film yang dibintangi oleh Denzel Washington ini semacam film drama atau film horror. Ternyata ini film science fiction, mengenai perjalanan waktu. Saya sendiri tadinya agak ngantuk karena banyak ngobrolnya dan ada bagian awal yang nggak tertonton, namun lama kelamaan film menjadi menampilkan hal yang menakjubkan, disusul dengan pertengkaran kecil, dan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan mesin waktu. Upaya penyelidikan suatu perkara ternyata menyebabkan tersingkapnya rahasia besar pemerintah Amerika Serikat, suatu proyek luarbiasa yang disembunyikan. Karena cepatnya alur cerita, saya yakin sebagian besar penonton bakal kaget dan kebingungan. Namun justru ini yang menariknya. Karena alasan inilah saya nggak akan menceritakan secara detail, supaya pembaca yang belum menonton akan merasakan kekagetan yang sama.

Untuk film2 science fiction yang berasal dari novelnya Michael Crichton (seperti Jurassic Park dan Timeline), biasanya ceritanya diawali dengan munculnya kejadian yang tidak lazim. Kemudian kejadian itu diikuti dengan tampilnya para peneliti dan petualang yang menyibak misteri tersebut dengan disertai berbagai penjelasan ilmiah. Namun film ini berbeda, karena awal-awalnya normal-normal aja. Kalaupun ada, itu sekedar berupa misteri terjadinya pembunuhan. Kemudian di tengah2 cerita tiba-tiba ceritanya berubah dari cerita detektif menjadi science fiction, dengan penjelasan ilmiah yang cepat sekali, karena dilakukan dalam suasana bertengkar. Mereka membicarakan tentang ruang alam semesta yang dilengkungkan dan semacam itu, mengenai entropi dan ketidak mungkinan perjalanan waktu. Pokoknya kalau kita mau mengerti, sepertinya harus membaca novelnya dulu biar bisa jelas apa yang dimaksudkannya. Yang jelas di film itu, ada suatu teknologi milik pemerintah Amerika Serikat yang bisa mengambil data dari masa lalu untuk diperlihatkan ke masa sekarang.

Dalam film itu, ditengah-tengah cerita, Denzel memaksa para ilmuwan melakukan hal sebaliknya, yaitu untuk mengirimkan sesuatu dari masa sekarang ke masa lalu. Sesuatu itu adalah selembar kertas dengan tulisan peringatan, yang dikirimkan ke meja rekan kerja Denzel. Dengan melihat kertas itu, diharapkan rekan Denzel akan membatalkan penyelidikannya sehingga dia tidak jadi dibunuh oleh penjahat. Namanya juga film, ternyata mesin pengambil data dari masa lalu itu bisa juga dipakai untuk mengirimkan benda ke masa lalu. Kertas itu berhasil dikirimkan ke masa lalu, dan rekan Denzel, tidak seperti yang terjadi pada kenyataan yang telah terjadi, ternyata membaca kertas itu. Akhirnya mereka pun berhasil mengubah sejarah. Namun ternyata rekan Denzel itu tetap pergi juga, dan akhirnya tetap ditembak dan mati juga. Dengan demikian usaha mereka mencegah pembunuhan tetap gagal.

Akhirnya Denzel beserta para ilmuwan mengkonsentrasikan diri untuk menangkap penjahatnya. Penjahatnya berhasil ditangkap, namun ternyata Denzel tidak puas sampai disitu. Dia ingin melakukan hal yang gila, meminta temannya salah seorang ilmuwan disitu untuk mengirimkannya ke masa lalu. Detektif itu pun masuk ke mesin waktu sambil melipat tubuhnya agar muat, dan kemudian temannya menjalankan mesin waktunya.

Saya sendiri merasa kurang sreg dengan film ini dalam beberapa hal. Dari segi cerita emang top banget, namun yang tidak kusukai adalah penggunaan penjelasan2 ilmiah yang rumit untuk membenarkan hal yang secara ilmiah juga sebenarnya salah. Mengubah sejarah itu sesuatu yang mustahil dilakukan dari segi termodinamika, dari segi logika, dan juga dari segi doktrin agama. Hal kedua yang nggak kusukai adalah penggunaan suatu alatnya yang mustahil. Menggunakan alat yang dibuat untuk mengambil data dari masa lalu ke masa sekarang, untuk memindahkan materi dari zaman sekarang ke masa lalu itu jauh lebih mustahil daripada memindahkan buah apel dari satu orang ke orang lain lewat telepon genggam. Tidak seperti di film Jurassic Park atau Timeline. Di kedua film itu memang ada penjelasan2 ilmiah yang rumit untuk membenarkan sesuatu yang salah, namun setidaknya dalam Timeline, para ilmuwan memang membuat mesin yang khusus diperuntukkan untuk memindahkan materi ke masa yang berbeda, dan dalam Jurassic Park para ilmuwan memang serius membuat teknologi untuk mengkloning dinosaurus. Jadi kesuksesannya tidak serba kebetulan dan coba-coba seperti di film ini. Karena dua hal inilah, pesan moril film ini menjadi tidak jelas.

Walaupun protes-protes dengan filmnya, saya tetap kepingin baca novelnya. Sudah ada di toko buku apa belum ya?




Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home