Monday, December 12, 2005

My Niece's Wedding


Pada hari Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 10 Desember 2005 sepupuku yang namanya Micke telah menikah dengan Kang Ophan. Rasanya aneh juga melihat dia menikah. Rasanya seperti masih anak-anak saja. Penampilannya juga nggak banyak berubah dari sejak kecil. Padahal, rata-rata orang memang semakin jelek ketika dia semakin besar. Itu bisa jadi karena kurang tidur, jerawat, kurang vitamin maupun hal-hal lainnya.

Micke ini teman sepermainanku sejak kecil. Pokoknya antara Micke, kakaknya Micky, Rina kakakku dan daku sendiri sudah seperti satu kelompok saja. Karena harus meninggalkan Surabaya menuju Manokwari mengikuti bonyok, akhirnya saya tidak bisa bersama-sama mereka lagi. Bahkan dulu ketika keluargaku tinggal di Blitar dan mereka (Micke dan Micky) masih tinggal di Surabaya, kami masih memiliki hobby yang sama seperti nonton film Gaban dan Megaloman, dan film-film seri silat di kaset video (jaman itu belum ada vcd).

Sepupuku ini, dia ulet banget orangnya. Waktu SD dia sering ikutan kegiatan PKS (Patroli Keamanan Sekolah, bukan Partai Keadilan Sejahtera lho...), Pramuka, Tari dll-dll. Beda banget sama saya yang nggak ikut apa-apa. Waktu kuliah juga rajinnya kelihatan banget. Dia lebih cepat lulus daripada saya sendiri, atau dengan kata lain dia lulus tepat waktu dan diriku telat 2 tahunan. Namun dia harus mengambil lagi kuliah praktek atau apa namanya (PTT?) saya lupa lagi, kemudian dia lulus lagi beberapa hari sebelum saya diterima kerja di perusahaan yang mempekerjakan saya sekarang.

Sekarang, dari kuartet kami, semuanya sudah menikah, kecuali saya ... hehehe. Kakak saya sudah punya anak satu dan sekarang dikabarkan sedang hamil lagi. Micky, kakaknya Micke telah menikah dan istrinya tengah mengandung. Micke, dalam waktu singkat (mungkin sekitar 2-3 tahunan)semenjak mulai berkenalan dengan Kang Ophan, sekarang sudah melangsungkan pernikahan. Mungkin satu tahun lagi bakal punya anak pertama.

Well, kalau Micke bisa menikah walau tidak berkenalan terlalu lama dengan suaminya sekarang, mungkin saya juga bisa gitu juga. Cuma sekarang belum mapan dari segi karier dan finansial. Yang mau dinikahi juga nggak jelas. Menikah di usia tua tak diinginkan, namun jangan sampai menikah ketika belum siap juga.

Namun seperti biasanya, orang-orang tua melihat ada anak muda yang belum nikah, suka berbuat macam-macam. Saya pernah disuruh mandi kembang pada malam hari, diminta no HPnya dan ditaruh uang serta beras di kantong jasku(mungkin uangya dari kegiatan saweran pengantin). Mungkin nantinya saya akan dijampi2 sehingga dapat lebih menebarkan pesona kepada kaum hawa. Kadang-kadang merasa ngeri juga. Bagaimana kalau kembang buat mandi itu berkutu, sehingga saya akan gatal-gatal? Bagaimana kalau saya disantet beneran, dan akhirnya menjadi tergila-gila kepada gadis yang nggak jelas? Bagaimana kalau no Hpku dipakai untuk misscal2 yang nggak ada nomor pengirimnya? Bagaimana kalau bukan cuma kaum hawa, kaum adam dan hermaphrodit juga terpesona? Memang menyenangkan mengetahui ada banyak orang yang memperhatikan kita, namun diriku bukan tanaman yang bisa dikawin silangkan dengan apa saja.

My cooking journal.

Setelah keberhasilanku membuat sup ayam untuk pertama kalinya, kini saya hendak mencoba membuat bubur kacang hijau. Tujuannya adalah bisa membuat bubur kacang hijau yang kacangnya ngembang seperti yang dijual di tukang-tukang bubur. Biasanya kalau bibi bikin bubur kacang hijau, kacang hijaunya suka pecah dan tidak ngembang. Untuk dapat mengembangkannya, saya menggunakan maizena. Sebelum memasak, saya menjerang air dulu dengan water heater. Tujuannya agar bubur lebih cepat jadi dan steril. Di samping itu, berdasarkan pengalaman, panci yang dipakai untuk bubur selalu memakan waktu lama untuk panas. Maklum, kompor yang saya gunakan kompor listrik 300-600 watt biasa, yang membutuhkan waktu untuk panas. Setelah biji2 kacang hijau telah dicuci dan airnya telah mendidih, saya pun siap untuk memasak bubur kacang hijau ini.

Setelah air mendidih dituangkan ke dalam panci, biji2 kacang hijau pun dimasukkan juga kedalam. Agar manis, kumasukkan gula yang lumayan banyak. Kemudian saya taruh maizenanya. Satu hal yang saya tidak tahu adalah maizena itu cepat sekali menggumpal dan mengeras di air panas. Jadi bukannya terburai, bubuk maizena tersebut malah menggumpal dan yang lebih parah lagi, lengket dan menjadi kerak di dasar panci. Akhirnya bagian bawah panci pun dilapisi kerak yang terdiri dari maizena dan kacang hijau yang gosong. Panas menjadi terhambat, dan kacang hijaunya lama sekali menjadi masak. Akhirnya saya makan saya bubur yang terbentuk di atas kerak (walau masih agak keras). Adapun mengenai kerak saya biarkan karena keras sekali dan susah dibersihkan. Air keran dari wastafel pun dituangkan ke dalam panci emas, dan sedikit mamalime pun diteteskan kedalamnya.





Keesokan harinya, saya pun nekat membuat bubur lagi. Saya cek pancinya, ternyata kerak dan lemak-lemaknya sudah terangkat dengan sendirinya. Setelah memberihkan panci, saya pun mencuci biji-biji kacang hijau dan memasaknya dengan air keran biasa (tanpa dipanaskan dulu). Bubuk maizena ditaburkan dan diaduk aduk sehingga terbentuk larutan. Gula pun ditambahkan beberapa sendok. Sembari menunggu mendidih, saya menonton film. Sesekali, tutup panci dibuka dan isinya diaduk-aduk, untuk mencegah pengendapan maizena di dasar. Setelah memasak kurang lebih 1,5 jam, b ubur kacang hijau pun jadi. Hasilnya dapat dilihat di foto di bawah ini.





Lumayan kan? Hehehe, rasanya juga enak. Sekarang Rafid sudah bisa membuat sup ayam, goreng-gorengan (walau sering kurang asin), nasi goreng kekurangan/kelebihan minyak dan bubur kacang hijau. Dalam kesempatan berikutnya, saya akan membuat perkedel jagung. Teman-teman semua bantuin juga ya, kalau ada ide-ide atau resep perkedel jagung yang bagus tolong kasih tau, ntar kalau mau, bakal saya kasih perkedelnya lho, hehehe (kalo perkedelnya jadi tentu saja).

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home