Sunday, August 07, 2005

Si Garang Aaron Kwok




Kemarin saya menonton DVD film hongkong cukup menarik, yang berjudul Throw Down (maklum pengangguran lagi ngisi waktu :D ). Ceritanya mengenai seorang atlit yang keluar dari dunia Judo secara tiba-tiba dan menjalani hidup secara pesimistis. Dia memiliki kafe namun tidak diurusnya dengan baik. Senangnya mabuk-mabukan dan menghabiskan uangnya di meja judi, sehingga hutangnya banyak. Karakter yang bernama Sze To ini diperankan oleh Louis Kuo (saya juga baru tahu namanya, namun kalau kita sering nonton film mandarin yang baru2, dia sering muncul). Kemudian muncullah seorang Judoka lain (yang diperankan oleh Aaron Kwok) yang bernama Tony. Tony menantang Sze To untuk berjudo, namun Sze To selalu menghindar. Dan sebagai tokoh "penyeimbang", muncul pula Mona. Dia seorang gadis yang bercita-cita menjadi seorang penyanyi terkenal. Dia telah mengembara di Hongkong untuk mencari jalan menjadi artis, namun selalu gagal dan ditolak. Mona seperti Tony yang hidup dengan optimis dan tidak kenal menyerah, walau dia hidup kekurangan dan diusir Ibu kostnya karena tidak bisa membayar sewa. Akhirnya dia bekerja di bar milik Sze To (walau hanya menyanyi sekali, dan Sze To sebenarnya tidak punya uang untuk membayarnya).


Akhirnya setelah mereka bertemu dan mengalami berbagai kejadian yang lucu (terkadang ada banting-bantingannya juga), kemudian segalanya menjadi jelas. Sze To keluar dari Judo karena 2 tahun yang akan datang, dia akan buta matanya. Maka dia menjadi pesimis dan enggan untuk latihan lagi, karena merasa ketakutan akan kehilangan seluruh kemampuannya dalam sekejap. Mona sebenarnya adalah anak seorang pengusaha kaya, namun dia tidak puas dan nekat kabur dari rumah untuk mencari jalan menjadi penyanyi dengan usaha sendiri. Setelah mereka bertemu dan mengalami berbagai kejadian bersama-sama, Sze To menemukan yang hilang dari dirinya, dan dia memutuskan untuk berjudo lagi, walaupun tidak di pertandingan. Diajaknya orang-orang bekas lawan-lawannya yang dahulu, bahkan atlit kenamaan untuk bertanding, baik di atas matras, di atas gedung, di jalanan dan di ladang jagung. Kemudian dikelolanya dojo Judo milik gurunya, dan diurusnya anak angkat gurunya yang imbisil. Mona, yang dijemput oleh keluarganya agar kembali ke rumah, nekat kabur lagi, dan ketika ayahnya mengejar, Tony dan Sze To menahannya agar Mona bisa lari. Mona memutuskan untuk pergi ke Jepang dan mengadu peruntungan di sana untuk menjadi penyanyi.



Dalam film ini, saya merasa Aaron Kwok kurang "garang" walau dia menghabiskan waktu secara khusus latihan judo untuk film ini (disini tidak ada pemeran pengganti, semuanya harus beraksi :D ). Kepalanya memang dicukur botak ala tentara, namun wajah dan sikapnya tetap saja seperti anak manis, tidak seperti judoka jalanan yang sering menantang orang randori di atas aspal tanpa memakai judogi (baju judo) telebih dahulu. Lagipula sutradaranya memang menginginkan aktornya bersikap sewajarnya, yang penting para aktor sudah merasakan capeknya latihan dan sakitnya dibanting. Bagian-bagian latar film yang dianggap tidak penting dibuat "blur" dengan kabut. Adegan perkelahiannya kelihatan dibuat2 (memang namanya film semuanya diatur, namun kalau kita sering melihat pertandingan judo atau pernah randori, kelihatan banget dramanya). Tujuannya supaya bantingannya bisa nampak cantik, sehingga semua orang bisa cepat menikmati. Perkelahian disini kelihatan agak mengerikan, karena beberapa diantaranya terjadi di atas lantai keras. Aaron kwok sendiri dalam salah satu adegan, pernah membanting Louis di atas aspal yang keras, berkali-kali pula! Dan dari wajah Louis, kelihatan kalau nyerinya sungguhan :D . Dan yang seru adalah pertarungan terakhir antara Sze To melawan Kong di ladang jagung. Para aktor yang bertarung mengeluh karena di ladang jagung banyak daun-daun yang tajam serta batu-batu yang keras. Apa boleh buat, tidak boleh ada stuntman disini!! Namun pemilihan latar ini cukup tepat dan indah. Film ini layak disebut sebagai karya seni yang bagus. Suatu film seni lengkap yang banyak komedinya serta sarat dengan pesan moral.



Berikut ini adalah gambar Aaron Kwok sedang mengeluarkan jurus andalannya (hehehe... (^_^!) )






Menurut sutradaranya, pesan moral disini adalah "We live for today". Ini bukan berarti kita tidak usah percaya surga dan neraka, namun jangan sampai bayangan kita akan masa datang membuat hidup kita penuh dengan rasa pesimis dan tidak produktif. Sze To, walau dia akan buta 2 tahun lagi, namun kembali latihan, mengurus Dojo Senseinya dan bertekad untuk meninggalkan kebiasaan buruknya. Tony, walau pengalaman judonya masih sedikit, tetap bersemangat dan terus berlatih walau cedera berkali-kali. Adapun Mona, dia kabur dan nekat pergi ke Jepang untuk mencari keberuntungan di sana. Seperti kata Imam Ali :
"Andaikata Kau tahu besok kiamat dan ada sebutir biji gandum di genggamanmu maka segeralah menanamnya"








*** My Judo Journal ***

Last wednesday, I almost broke my elbow when we was training in Sabuga. So our training session had been ended quickly, because of this injury. This problem made me could not practise again, maybe for about one week. This happen because when we did randori, suddenly Anas used his seoi nage while he lowered his body. My left hand stucked and locked on mat, while Anas's hand pull my upper left hand, so I felt pain in my elbow. I just screamed, "Aduududududuh!" and Anas stopped his pulling immediately. Well, this accident happened that day, training ended quickly but at least I have made improvement in my skill. I can do Harai Goshi by walking( just like the animation below), but there is a difference, I sweep with my left leg. Unfortunately, there were no one who could help me making clip for this left Harai Goshi.



0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home