Saturday, July 16, 2005

Yang Gratisan





Beberapa minggu yang lalu, ketika hendak diwawancara untuk pekerjaan di sebuah gedung di Gondangdialama Jakarta, sembari menunggu untuk diwawancarai, saya menemukan sebuah majalah gratis tersedia di meja resepsionis. Maka setelah mesem2 kepada mbak resepsionis yang jaga, saya pun mengambil majalah ini.Kebetulan wawancaranya dilakukan di ruangan kantor sebelah ruangan kantor tempat saya mencari pekerjaan. Ruangan itu bagian dari kantor lain yaitu kantor media iklan "Free magazine" (seingat saya judulnya itu). Memang, sesuai judulnya, majalah itu gratis. namun gratis bukan berarti jelek sama sekali. Malah saya sempat tercengang melihat isinya. Di dalamnya ada wawancara dengan selebritis seperti Dian Sastro, liputan dengan para VJ terkenal ketika mereka melakukan clubbing dan lain-lain. Kertasnya waterproof,tebal dan full colour. Ada juga berbagai macam artikel lainnya seperti tips berbelanja, resensi buku dan vcd (ini sih umum untuk media iklan gratis). Kalaupun ada kekurangannya, kekurangan tersebut adalah iklannya yang gede2 (namanya juga media iklan) dan bobot majalahnya. Karena kertas yang digunakannya tebal dan besar, serta jumlah halamannya cukup banyak maka saya memilih untuk tidak menyimpan majalah tersebut kedalam tas saya.

Apabila Free Magazine adalah sebuah majalah komersial seperti Sarinah atau Kosmopolitan, mungkin harganya bisa sekitar Rp 15.000,-. Dalam kenyataannya, banyak juga majalah lainnya yang memuat iklan-iklan melulu juga, namun tidak gratis. Umpama seperti majalah infokomputer atau tabloid komputek, dimana yang dibahasnya kebanyakan adalah produk-produk komputer. Memang nggak bener-bener iklan sih, didalamnya, produk2 tersebut diulas secara netral (seharusnya). Tapi bagi yang tidak tertarik untuk membeli pheriperal komputer, rasanya sama saja antara membaca ulasan dengan membaca iklan.

Kalau kita ingin mendapatkan media2 gratis , maka kita bsa mendapatkannya di supermarket atau di Taman bacaan. Taman Bacaan Comic Corner yang ada di dekat BCA Dago, merupakan tempat penyaluran untuk media-media ini. Sebab pengunjungnya banyak dari kalangan muda yang suka membaca di tempat maupun meminjam untuk dibawa kerumah. Tempatnya asyik banget buat nongkrong, apalagi disitu dijual makanan dan minuman juga (lo kok jadi promosi ya?). Media iklan disitu juga didesain untuk anak muda, contohnya adalah tabloid Indago, yang dikemas untuk pambaca dari kawula muda. Disitu ada liputan mengenai aktivitas anak2 SMU sampai mahasiswa/mahasiswi di kampusnya. Yang membuat saya tertarik dengan tabloid ini adalah saya kenal dengan mahasiswi paling bawah yang diwawancara disitu (hehehe :P ). Selain itu saya juga pernah mendapatkan media Iklan di supermarket Borma. Namanya AksesMedia, dibentuk seperti brosur tempat pariwisata (memang isinya adalah tempat2 rekreasi dan belanja sih). Ada peta bandung sederhana juga di dalamnya. Keren banget deh pokoknya.

Melihat fenomena ini, saya jadi teringat dulu ketika kami dari Keluarga Remaja Masjid Nurul Falaah menyebarkan buletin gratis untuk para remaja di kompleks. Terdiri dari 5 lembar kertas. Karena dilipat jadi 20 halaman. Namanya Bright Magazine, terbit sebulan sekali, sempat terbit 6 sampai 7 edisi. Pada peluncuran edisi pertamanya, saya menaruh iklan di halaman terakhirnya. Tadinya saya hendak mendapatkan sumber dana tambahan melalui iklan juga untuk edisi-edisi berikutnya, namun hal itu tidak saya lakukan, sebab:
1. Saya mendesain iklannya juga. Hal ini sangat menghabiskan waktu.
2. "Pangsa Pasar" Bright magazine ini hanya sekitar 30 eksemplar (mengingat rumah di kompleks kami yang ada remajanya (yang kami ketahui) memang cuma ada segitu). Jadi kalau seandainya penaruh iklan berinvestasi sekitar Rp 50,- untuk tiap eksemplar maka uang yang kami dapat hanya Rp 30.000,- , tidak sebanding dengan banyaknya waktu yang dihabiskan untuk mendesainnya.
3. Penempatan iklan menghabiskan banyak tempat. Artikel yang dimuat di Bright Magazine emang sedikit, namun agar mudah dibaca saya memakai font ukuran lumayan gede untuk buletin. Akibatnya, daerah yang tersisa untuk iklan menjadi sedikit. Satu pekerjaan terberat bagi para Lay-outer adalah mengusahakan gimana caranya agar ruangan yang tersedia terisi oleh semua artikel dan iklan secara pas, tidak lebih dan tidak kurang. Kalau ada banyak iklan maka tempat untuk artikel menjadi sedikit.

Bright sendiri hanya terbit selama 6 sampai 7 edisi. Penyebabnya adalah tidak adanya teamwork yang baik. Pembuatannya melibatkan banyak orang, namun yang benar2 menjadi motor penggeraknya adalah saya sendiri. Saya yang mencari artikel kemana-mana, mengajak teman2 untuk memberi artikel dan ilustrasi, memilih artikel, menscan gambar, melayout, memotokopi, menjepret dan menyebarkan buletin (sambil mencari teman lain untuk diajak). Teman-temanku yang memberikan dukungan dan benar2 menganggap buletin ini penting tidak banyak, mungkin hanya 5-6 orang, dan mereka sebenarnya punya banyak kesibukan. Namun saya bersyukur sekali dengan kerjasama yang kami lakukan, walaupun tidak ada kerjasama tim seperti rapat redaksi tiap edisi yang melibatkan pengurus. Kerja yang kami lakukan, walaupun terpisah-pisah, ternyata memiliki banyak arti juga.


**************** My Judo Journal ***************




Judo is not a kind of sport of martial art that easy to master. It is easy to throw or lock our partner that doesn't resist, but if our partner resist and keep his balance, throwing is not an easy job. If we attack our opponent with throwing, often, at the same time we gamble our own balance. We can see in the animation above, Danny tried to execute ouchigari to Anas, but what he did was just made him lost his balance and got his leg locked by Anas. It was like "Suicide Goal" in soccer.By just stirring Danny's body to the clockwise direction, Anas succedeed put Danny on the ground with a perfect ippon (Danny's shoulder hit the mat perfectly and in Judo match, the score is full) with "unplanned" kouchigari. I want to train myself more and more until I can throw my opponent without sacrifying my own position. If the situation (in my daily live) force me to fight with a thief for example, I just use my reflex, timing and stamina that I got from Judo and punching his body's vital point with my fists or elbows because it is much more easier to do. If opportunity comes, I will throw him and it must be good, otherwise I might be killed.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home